Vatthupama Sutta


Majjima Nikaya
Vatthupama Sutta
-          Latar belakang
Sutta Vatthupama dibabarkan langsung oleh Sang Buddha, ekaṁ samayaṁ Bhagava, Sāmayaṁ viharati, Jetavane anāthapiṇḍikassa, ārāme. Sang Buddha membabarkan Dhamma yang dimisalkan dengan sebuah kain. Kain putih, dan kain kotor dan ternoda. Sang Buddha menjelaskan pikiran yang kotor dan bersih, seperti halnya kain bersih yang dapat menyerap pewarna; demikian juga dengan pikiran yang dapat menyerap dan menahan Dhamma. “pikiran diibaratkan dengan kain, dan Dhamma diibaratkan dengan Warna”.
-          Isi
Sang Buddha mengibaratkan;
1.      sepotong kain kotor dan ternoda, lalu seorang pencelup mencelupkannya kedalam suatu pewarna, entah itu warna biru, kuning, atau merah; kain itu akan kelihatan buruk dan tidak murni warnanya. Demikian bila pikiran kotor, suatu tempat tujuan yang tidak bahagia bisa diharapkan.
2.      sepotong kain murni dan cerah, lalu seorang pencelup mencelupkannya kedalam suatu pewarna, entah biru kuning atau merah; maka kain itu akan tercelup murni dan rata warnanya. Demikian pula pada pikiran yang bersih (tidak kotor), suatu tempat tujuan yang bahagia dapat diharapkan.
Pada saat yang bersamaan, ada brahmana Sundarika Bharadvaja sedang duduk tidak jauh dari Sang Buddha. kemudian Brahmana berkata kepada Sang Buddha “Apakah guru Gotama pergi ke sungai bahuka untuk mandi..?” jawab “banyak orang menganggap sungai bahuka memberikan kebebasan, ...memberikan jasa, banyak orang yang mencuci tindakan-tindakan jahat mereka disuangai bahuka”. Kemudian Sang Buddha memberikan sebuah syair kepada brahmana yang intinya semua orang dapat mandi di sungai manapun sesuka hatinya. Namun, tindakan-tindakan yang kejam dan brutal tidak dapat dibersihkan oleh sungai manapun. Hanya manusia yang murni hatinya, manusia yang jujur tindakannya yang akan membawa moralitasnya kearah kesempurnaan.
            Brahmana Sundarika Bharavadja berkata luar biasa dan memuji Sang Buddha, Brahmana Sundarika Bharadvaja-pun meminta pada Sang Buddha untuk ditabiskan sebagai Bhikkhu, yang tidak lama kemudian menjadi arahat. Setelah berusaha keras, hidup menyendiri, tekun, gigih, dan mantap.
-          Pesan Moral
Sesuai dengan ajaran Semua Buddha yang terkandung dalam Dhammapada ayat 183; sucikan hati dan pikiran.

Referensi;
Majjima Nikaya I. 2004. Vihara Bodhivamsa; Klaten.
Panduan Tipitaka. 2000. Vihara Bodhivamsa; Klaten.

Postingan populer dari blog ini

KLONING MENURUT PANDANGAN AGAMA BUDDHA

TEORI KAUSALITAS BUDDHIS

PERAN UTU NIYAMA DALAM TERJADINYA BENCANA ALAM