Mahasihanada Sutta (Khotbah Besar Mengenai Raungan singa)


Mahasihanada Sutta (Khotbah Besar Mengenai Raungan singa)
-          Latar Belakang
Pada suatu ketika di Vesali, di hutan sebelah barat kota. Bhante Sariputta melaporkan pada Sang Buddha tentang penghinaan terhadap Sang Buddha yang dilakukan oleh Sunakkhatta (putra keluarga Licchavi) yang telah meninggalkan Ajaran (Dhamma dan Vinaya). Kemudian Sang Buddha menjelaskan khotbah besar mengenai raungan singa.
-          Inti Sutta
            Sang Buddha mengatakan bahwa Sunakkhatta tidak memiliki intelek yang cukup untuk sedikit pun dapat memahami sifa-sifat luar biasa Sang Buddha seperti misalnya Sepuluh Kekuatan, 4 macam Keyakinan Diri Tertinggi Sabbannuta Nana yang tak mundur sampai parinibbana. Beliau menjelaskan 5 tujuan dan tindakan-tindakan yang membawa ke sana serta kepercayaan-kepercayaan yang salah, dan praktek-praktek para petapa telanjang yang kini merupakan kelompok Sunakkhata. Sepuluh kekuatan yaitu:
1.      Memahami sebagaimana adanya hal yang mungkin sebagaimana yang mungkin dan sebaliknya
2.      Memahami sebagaimana adanya akibat dari tindakan yang di masa lampau, akan datang, sekarang dengan kemungkinan dan penyebab-penyebabnya
3.      Memahami sebagaimana adanya jalan-jalan yang membawa menuju semua tujuan
4.      Memahami sebagaimana adanya dunia ini dengan elemennya yang banyak dan berbeda-beda
5.      Memahami sebagaimana adanya bagaimana para makhluk memiliki kecenderungan yang berbeda-beda
6.      Memahami sebagaimana adanya pembagian dari kemampuan-kemampuan makhluk lain
7.      Memahami sebagaimana adanya kekotoran batin, pembersihan, kemunculan jhana, pembebasan, konsentrasi dan pencapaian
8.      Mengingat kembali kehidupan-kehidupan lampau yang amat banyak
9.      Mata dewa, melihat para makhluk berlalu dan muncul kembali
10.  Menyadari bagi dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung.
Empat jenis keberanian:
1.      Tidak melihat alasan apa pun yang dengannnya para petapa atau brahmana menuduhkan “ walau engkau menyatakan tekad sepenuhnya tercerahkan, namun engkau tidak sepenuhnya tercerahkan sehubungan dengan hal-hal tertentu”, dan karena tidak melihat alasan itu,  beliau tetap berdiam dengan aman, tanpa ketakutan, dengan keberanian
2.      Tidak melihat alasan-alasan apa pun yang dituduhkan “walaupun engkau menyatakan telah menghancurkan noda-noda, namun noda-noda ini tidak dihancurkan olehmu”, dan karena tidak melihat alasan itu beliau tetap berdiam aman, tanpa ketakutan, dengan keberanian
3.      Tidak melihat alasan-alasan apa pun yang dituduhkan “ hal-hal yang disebut penghalang-penghalang olehmu itu tidak akan mampu menghalangi orang yang terlibat didalamnya” dan karena tidak melihat alasan itu,  beliau tetap berdiam dengan aman, tanpa ketakutan dan dengan keberanian
4.      Tidak melihat alasan-alasan apa pun yang dituduhkan, “ ketika engkau mengajarkan Dhamma kepada seseorang, Dhamma itu tidak membawa dia bila dia mempraktekannya menuju hancur totalnya penderitaan” dan karena tidak melihat alasan alasan itu, beliau tetap berdiam dengan aman, tanpa ketakutan, dan dengan keberanian.
Lima tujuan adalah:
1.      Neraka
2.      Alam binatang
3.      Alam makhluk halus
4.      Alam manusia
5.      Alam para dewa
Pesan Moral
Sebagai murid Buddha yang baik janganlah kita mencontoh apa yang dilakukan oleh Sunakkhatta. Karena Sang Buddha itu luar biasa. Kalau kita percaya terhadap Buddha atau Tri Ratna maka kita tidak akan menjelek-jelekkan Sang Buddha. Supaya kita dapat hidup bahagia.



Referensi:
-          Anggawati, Lanny. 2000. Panduan Tipitaka. Klaten: Vihara Bodhivamsa.
-          ______. 2004. Majjhima Nikaya. Klaten: Vihara Bodhivamsa.

Postingan populer dari blog ini

KLONING MENURUT PANDANGAN AGAMA BUDDHA

TEORI KAUSALITAS BUDDHIS

PERAN UTU NIYAMA DALAM TERJADINYA BENCANA ALAM