Akankheyya Sutta (Seandainya seorang bhikkhu berharap)
MAJJHIMA NIKAYA
Akankheyya Sutta (Seandainya
seorang bhikkhu berharap)
Ø Latar belakang
Ketika sang buddha berdiam
disavatti di hutan jeta, taman anathapindika. Sang buddha mengatakan berdiamlah
dengan memiliki moralitas. Sang buddha mengatakan bila seorang bhikkhu memiliki
keinginan-keinginan maka berdiamlah dengan memiliki moralitas,memiliki
patimokkha, sempurna dalam prilaku. Dan melihat ketakutan didalam kesalahan
yang paling kecil. Demikianlah yang dikatakan oleh yang terberkahi. Para
bhikkhu merasa puas dan suka cita di dalam kata-kata yang terberkahi.
Ø Pembahasan
Sutta ini membahas tentang
harapan-harapan seorang bhikkhu dan bagaimana seorang bhikkhu harus
mengembangkan sila, samadhi, panna. Seandainya ada seorang bhikkhu berharap
akan disenangi dan menyenangkan, memperoleh 4 kebutuhan pokok, berharap akan
menjadi pemasuk arus, semoga memiliki berbagai macam kekuatan supranormal, dan
dapat mencapai nibbana, maka bhikkhu yang masih mempunyai harapan-harapan harus
berlatih atau menjalankan peraturan-peraturan. Pikiran dan kebijaksanaan
masing-masing menunjukan konsentasi yang dihubungkan dengan buah tingkat
arahat, pemasuk arus harus meghancurkan terlebih dahulu tiga belenggu yang
pertama adalah pandangan akan diri, keraguraguan dan kemelekatan. Pikiran dan
kebijaksanaan masing-masing menunjukkan konsentrasi dan kebijaksanaan yang
dihubungkan dengan pencapaian tingkat arahat. Konsentrasi disebut pembebasan
pikiran (cetovimutti), karena terbebas
dari nafsu, kebijaksanaan disebut pembebasan lewat kebijaksanaan (pannavimutti) karena terbebas
dari ketidaktahuan. Cetovimutti biasanya merupakan hasil dari ketenangan,
sedangkan pannavimutti merupakan hasil dari pandangan terang.
Ø Pesan Moral
Untuk mencapai tingkat
kesucian atau seorang yang sempurna dalam pikiran, ucapan, dan perbuatan maka
ia harus memiliki moralitas dengan menjalankan sila, samadhi, dan panna.
Kurangilah harapan-harapan pada diri karena itu hanya akan menghambat kemajuan
kebijaksanaan sebab harapan itu sendiri adalah kekotoran batin juga yang harus
dilenyapkan bagi siapa saja. Bila harapan tersebut tidak tercapai maka akan
timbul penderitaan pada diri kita.
Ø Referensi:
......2004. Majjhima Nikaya I. Kelaten: Vihara
Bodhivamsa Wisma Dhammaguna.
U ko lay. Panduan Tipitaka. Klaten: Vihara
Bodhivamsa.
Panjika.
Kamus Umum Buddha Dharma. Jakarta:
Tri Sattva Buddhis Center