SADRANAN MENURUT AGAMA BUDDHA
Dalam tradisi jawa
megenal istilah sadranan. Sadranan merupakan warisan turun temurun
dan masyarakat jawa mempercayai tradisi tersebut didak beleh dilupakan. Dalam
tradisi tersebut biasanya dilakssanakan pada sasi Ruwah. Dalam melaksanakan tradisi ini masyarakat melakukan
bersih makam leluhurnya. Semua itu dilakukan untuk menghormati dan mendoakan
leluhurnya, agar mereka dapat terlahir dialam yang berbahagia.
Sadranan
menurut agama Buddha merupakan kegiatan yang mirip dengan patidana. Tapi antara sadranan
dan patidana memiliki perbedaan dalam
cara pelaksanaannya. Kalua dalam patidana
cara melaksanakannya dengan melakukan perbuatan abaik lalu dilimpahkan kepada
leluhurnya, sedangkan sadranan deilakukan
cukup sulit yaitu dengan menggunakan sesajian-sesajian dan bersih makam
leluhurnya. Sadranan dalan tradisi
jawa kebanyakan menggunakan ingkung
(istilah jawa). Dalam agama buddha menolak andanya pembunuhan dalam
melaksanakannya. Jadi untuk menggunakan ingkung
dalam agama buddha kurang tepat karena dalam penggunaan tersebut melakukan
pembunuhan. Untuk mengatasi pembunuhan tersebut alangkah baiknya bila ingkung
tersebut didapat dengan membeli. Sebenarnya tradisi sadranan merupakan patidana
yang dilakukan oleh orang jawa atau tradisi jawa, hanya saja patidananya dilakukan dengan cara yang
berbeda sesuai dengan tradisi nenek monyangnya.
Referensi:
Subroto, Heri. 2009. Komparasi
Konsep Pattidana Dalam Theravada dan Ullambana dalam Mahayana.