Mahadukkhakandha Sutta
Mahadukkhakandha Sutta
(Khotbah besar Mengenai
Penderitaan)
Latar belakang
Sutta ini dibabarkan oleh
Sang Buddha ketika beliau berdiam di Savathi, di hutan Jeta milik
Anathapindika. Sang Buddha menjelaskan kepada para Bhikkhu tentang pemahaman
kesenangan nafsu indera, bentuk materi, dan perasaan. Dan pemuasan, bahayanya,
dan jalan keluar dari kesenangan tersebut.
Isi
Sutta ini menjelaskan
tentang:
- Kesenangan Indera
Ada lima kesenangan indera
yang dimaksudkan disini yaitu bentuk yang dikondisikan(kognisi) lewat mata yang
diharapkan, diinginkan, disukai dan menyenangkan, yang berhubungan dengan nafsu
indera, dan menimbulkan keserakahan yang meliputi suara, sentuhan, citarasa.
Lima kesenangan indera inilah yang merupakan pemuasan kesenangan indera. Bahaya
dalam kesenangan indera. Disini adalah para Bhikkhu, karena keterampilan yang
digunakan seseorang untuk mencari nafkah dengan berdagang, membunuh atau yang
lainnya, dia akan mengambil resiko kematian karena kelaparan atau kehausan.
Inilah bahaya dalam hal kesenangan indera, suatu masa penderitaan yang tampak
yang memiliki nafsu indera sebagai penyebabnya, nafsu indera sebagai sumbernya,
nafsu indera sebagai landasannya, penyebabnya adalah nafsu indera. Jalan keluar
dalam hal kesenangan indera. Dengan menghilangkan nafsu indera dan keserakahan,
meninggalkan nafsu dan keserakahan akan kesenangan indera. Inilah jalan keluar
dalam hal kesenangan indera.
B. Bentuk
Materi
Kesenangan pemuasan bentuk
materi yang dimaksudkan seperti seorang gadis yang mempunyai kecantikan yang
elok, menawan, ideal bentuk tubuhnya. Kesenangan dan suka cita yang muncul
dalam kesenangan dan keelokan inilah yang merupakan pemuasan dalam hal bentuk
materi. Dan bahaya dalam hal bentuk materi Orang mungkin melihat bahwa wanita yang sama
di sini berumur delapan puluh tahun, seratus tahun, tua, bungkuk, ditopang
tongkat, terhuyung-huyung, masa mudanya telah hilang, rambutnya putih. Inilah
bahaya dalam hal bentuk materi. Yang merupakan jalan keluar dalam hal bentuk
materi adalah menghilangkan nafsu keinginan dan nafsu keserakahan,
meninggalkannya nafsy keinginan dan nafsu keserakahan untuk bentuk materi.
Inilah jalan keluar dalam hal bentuk materi.
- Perasaan
Yang merupakan pemuasan
dalam hal perasaan seperti para Bhikkhu cukup terpisah dari kesenangan indera,
terpisah dari keadaan-keadaan yang tak bajik, seorang Bhkikkhu yang masuk dalam
jhana pertama, yang dibarengi oleh buah piker pemicu dan buah piker yang
bertahan, dengan kegiuran dan kesenangan yang terlahir dari kesendirian. Pada
kesempatan itu dia tidak memilih untuk kesengsaraanya sendiri atau untuk
kesengsaraan orang lain atau keduanya. Pada kesenpatan itu dia merasakan hanya
perasaan yang bebas dari kesengsaraan. Pemuasan tertinggi dalam hal perasaan
adalah bebas dari kesengsaraan. Bahaya dalam hal perasaan adalah tidak
kekal(anicca), penderitaan(dukkha), dan terkena perubahan(anatta). Inilah
bahaya dalam hal perasaan. Jalan keluar dalam hal perasaan yaitu hilangnya
nafsu keinginan dan nafsu keserakahan, meninggalkan nafsu keinginan dan nafsu
keserakahan akan perasaan. Inilah jalan keluar dalam hal perasaan.
Kesimpulan
Dalam uraian diatas Sang
Buddha menjelaskan pemahaman tentang kesenangan indera sebagai jalan menuju
Nibbana dan pemahaman mengenai bentuk-bentuk materi dan perasaan sebagai jalan
menuju tingkat Arahat.
Pesan Moral
Seseorang harus mengontrol
indera-indera yang dimiliki sehingga tidak menimbulkan pemusan nafsu terhadap
indera-indera tersebut.
Referensi
Bhikkhu Nannamoli. 2004. Majjhima
Nikaya I. Klaten. Vihara Bodhivamsa