Alasan Bhikkhuni Tidak Ikut dalam Konsisli Pertama


Dewasa ini dalam menciptakan kedamaian dan ketentraman diperlukanya aturan, karena dengan aturan kita dilatih untuk disiplin. Aturan dibuat di mana-mana, mulai dari sekolah, lalu lintas, rumahtangga,dll. Akan tetapi pada kenyataanya aturan yang dibuat terkadang justru untuk dilanggar. Hal demikian juga terjadi sejak zaman dulu setelah Sang Buddha Parinibbana. Oleh karena itu, diperlukannya ulasan kembali mengenai aturan-aturan (vinaya), dengan tujuan agar aturan yang telah dubuat tidak lagi dilanggar.
Pengulasan kembali mengenai aturan-aturan (vinaya) yang telah ada dalam kebhikkhuan disebut dengan konsili (Rashid, 1996: 156). Konsili pertama diadakan karena adanya pernyataan Bhikku Subadha yang tidak sesuai dengan Dhamma dan Vinaya. Bhikku Subadha (Vinaya Pitaka II, 284) mengatakan, dengan Parinibbana-nya Sang Buddha janganlah bersedih, sebab dengan Parinibbana-nya Sang Buddha membuat kita dapat bebas untuk bersenang-senang, dan tidak lagi menderita. Dari pernyataan Bhikku Subadha  yang salah tersebut, supaya tidak menular pada yang lain diperlukannya pengulasan kembali mengenai Dhama dan Vinaya dalam bentuk konsili. Konsili pertama berlangsung selama tujuh bulan di Gua Sattapani, dekat Rajagaha, India. Dalam konsili pertama hanya dihadiri oleh 500 Bhikkhu saja yang semua telah mencapai tingkat kesucian Arahat dan tidak seorang bhikkhu pun hadir dalam konsili tersebut. Hal demikian disebabkan karena pelaksanaan konsili bertempat di gua, membutuhkan waktu yang lama, dan masih adanya perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan di India.
Dari permasalahan tersebut sehingga bhikkhuni tidak ikut pada acara konsili, sebab bila seorang bhikkhu dan bhikkhuni tinggal dalam satu atap lebih dari tiga hari telah melanggar vinaya, selain itu di India pada zaman dahulu wanita juga dianggap masih rendah dibanding dengan yang laki-laki. Walaupun Sang Buddha telah menghapuskan perbedaan gender tersebut, namun hal demikian tidak sepenuhnya dapat dihilangkan oleh masyarakat India. Walaupun masyarakat (umat awam) tidak ikut dalam konsili, akan tetapi peran umat awan tersebut tidaklah kalah penting, yaitu membantu menyedikan tempat, makanan, obat-obatan, tempat tinggal.  Atas dasar tersebutlah sehingga para bhikkhuni tidak diikutkan dalam konsili Pertama, supaya tidak terjadinya protes dari masyarakat.

Referensi:
Rahsid, Teja S.M. 1996. Sila dan Vinaya, Jakarta: Buddhis Bodhi.
Bhikkhu Jotidhammo Mahatera (dalam Kuliah Tanggal 02 mei 2012).

Postingan populer dari blog ini

KLONING MENURUT PANDANGAN AGAMA BUDDHA

TEORI KAUSALITAS BUDDHIS

PERAN UTU NIYAMA DALAM TERJADINYA BENCANA ALAM