ASPEK POSITIF DARI DOGMA


Pendahuluan
            Dogma dari bahasa Yunani adalah kepercayaan atau doktrin yang dipegang oleh sebuah agama atau organisasi yang sejenis untuk bisa lebih otoritatif. Bukti, analisis, atau fakta mungkin digunakan, mungkin tidak, tergantung penggunaannya, atau dengan kata lain berarti “yang kelihatannya baik”. Pengertian Dogma menurut KBBI adalah pokok ajaran (tentang kepercayaan dan sebagainya) yang harus diterima sebagai hal yang benar dan baik, tidak boleh dibantah dan diragukan. Dogma menurut Plato dalam Laws adalah suatu kepercayaan yang benar tentang dewa-dewa. Istilah dogma juga digunakan dalam pengertian pengutukan yang berarti pernyataan dari suatu opini yang angkuh atau arogan.
           
Isi
Dogma, iman, dan Agama
            Ada kesamaan konsep antara dogma dan aksioma yang digunakan sebagai titik awal untuk analisis logika. Aksioma dapat dianggap sebagai konsep dasar atau 'sudah semestinya demikian' sehingga tak terbayangkan orang akan membantahnya. Dogma juga bersifat sangat mendasar (misalkan, dogma bahwa 'Tuhan itu ada') namun juga mencakup himpunan yang lebih besar dari kesimpulan yang membentuk bidang pikiran (keagamaan) (misalkan, 'Tuhan menciptakan alam semesta'). Aksioma adalah pernyataan yang tidak bisa dibuktikan benar atau salah, atau pernyataan yang diterima atas kegunaannya.


Dogma dalam Agama
            Dogma banyak ditemukan dalam banyak agama seperti Kristen dan Islam, tetapi tidak menuntut kemungkinan dalam agama Buddha juga mempunyai dogma.  mereka dianggap sebagai prinsip utama yang harus dijunjung oleh semua umat agama tersebut khususnya Kristen dan Islam. Sebagai unsur dasar dari agama, istilah dogma diberikan kepada ajaran-ajaran teologi yang dianggap telah terbukti baik, sedemikian rupa hingga usul bantahan atau revisinya berarti bahwa orang itu tidak lagi menerima agama tersebut sebagai agamanya sendiri, atau ia mengalami keragu-raguan pribadi. Dogma dibedakan dari pandangan teologis mengenai hal-hal yang kurang dikenal. Dogmata dapat dijelaskan dan diuraikan tetapi tidak dibantah dalam ajaran-ajaran baru. (mis. Galatia 1:8-9). Penolakan terhadap dogma dianggap ajaran sesat dan dapat menyebabkan seseorang dikeluarkan dari kelompok agamanya, meskipun didalam Injil kristen hal ini tidak dilakukan dengan keras Mt 18:15-17).

Dogma diluar Agama
            Banyak keyakinan non-agama seringkali emnggambarkan tentang dogma, misalnya dibidang politik atau filsafat, maupun didalam masyarakat sendiri. Istilah dogmatisme mengandung arti bahwa orang berpegang pada keyakinan-keyakinan mereka tanpa berpikir dan hanya ikut-ikutan saja. Dogmata dianggap anatema bagi ilmu pengetahuan dan analisis ilmiah meskipun orang bisa berdebat bahwa metode ilmiah itu sendiri pun merupakan dogma bagi banyak ilmuwan. Dalam cara yang sama dalam filsafat, seperti misalnya rasionalisme dan skeptisisme, meskipun pertimbangan-pertimbangan metafisika biasanya tidak tampak jelas dalam bidang-bidang itu, dogma-dogma keagamaan yang tradisional cenderung ditolak, sementara praduga-praduga yang tidak teruji diterima.




Nilai Positif dari Percaya Terhadap Dogma
Sebagai Putusan Akhir dari Suatu Perdebatan
            Sepanjang sejarah Gereja hampir selalu dogma dirumuskan setelah timbul pertentangan panjang mengenai suatu hal. Dogma menjadi keputusan akhir yang mengakhiri suatu debat panjang yang seringkali berlangsung panas dan secara praktis memecah-belah umat. Melalui dogma, Gereja menyatakan sikap resminya dengan merumuskan secara tegas ajaran yang selalu diimaninya dan menolak pendapat-pendapat yang salah.

Untuk menjadi Dasar bagi kehidupan bermoral
            Selain itu dogma juga menjadi dasar bagi kehidupan moral. Misalnya Dogma bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh manusia maka akan menjadi dasar bahwa seorang Kristen hendaknya berusaha untuk hidup sebagaimana Kristus hidup dan menegaskan bahwa kekudusan bukanlah sesuatu yang mustahil bagi kita-kita yang lemah ini. Begitu juga dengan Buddhisme yang menganggap bahwa Buddha merupakan orang biasa yang karena perjuangan, ketekunan, keuletan, kebijaksanaan serta kemoralannya yang menjadikan beliau orang suci, maka tidak mustahil bila kita juga bisa menjadi orang suci. Dogma transubstansiasi juga menjadi dasar bagi sikap moral untuk bersedia berbagi dengan sesama karena kita telah mengalami sendiri bahwa Buddha dan Kristus yang membagikan hidup-Nya untuk makhluk lainnya. Dalam pengertian seperti ini dogma bukanlah suatu teori tentang iman melainkan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan rohani bahkan kehidupan sehari-hari kita.

Kepastian
            Kepastian bukan berarti bahwa dogma adalah mutlak benar. Tetapi Orang-orang yang percaya terhadap dogma menganggap bahwa ajarannya pasti benar dan yang lain salah walaupun sebenarnya ajaran yang diakui itu tidak lebih benar dari ajaran yang dianut oleh orang lain tetapi dengan adanya kepastian maka orang-orang yang percaya terhadap dogma akan lebih cenderung mempraktekan ajaran tersebut dibandingkan orang yang masih ragu terhadap dogma akan mencari ajaran yang lebih benar. Selain itu tidak semua ajaran yang telah menjadi dogma semuanya salah. Misalnya Orang yang sering membunuh akan terlahir di alam neraka, itu merupakan kepastian tetapi bisa benar atau bisa salah karena banyak akibat dari membunuh misalnya umur pendek dan sakit-sakitan.

Kejelasan
            Kejelasan disini dimaksudkan bahwa apabila orang-orang percaya terhadap dogma maka orang tersebut akan mendapatkan kejelasan ajaran. Dengan percaya terhadap dogma maka orang akan tahu mana yang benar dan mana yang salah. Walaupun sebenarnya ajaran yang diyakini belum tentu benar tetapi sebaliknya ajaran yang sering orang anggap salah belum tentu mutlak salah karena semua itu perlu penyelidikan lebih lanjut dengan praktek yang nyata. Seperti misalnya orang membutuhkan penjelasan tentang bumi bahwa bentuk bumi itu seperti apa, dan karena timbul pertanyaan maka jawabannya adalah datar walaupun setelah dilakukan penelitian bumi itu bulat.

Menumbuhkan Keyakinan
            Orang-orang yang percaya terhadap dogma akan timbul dalam dirinya suatu keyakinan yang kuat karena menganggap sesuatu yang ia percayainya adalah benar maka perlu dipraktekkan dalam kehidupan yang nyata. Dengan adanya keyakinan maka keimanan tidak akan goyah dengan hal-hal yang baru. Begitu juga dalam Buddhisme keyakinan atau sering disebut dengan saddha juga sangat penting dan merupakan sikap dalam Buddhisme untuk lebih mendalami Dhamma. Tanpa adanya Saddha (keyakinan) maka sedikit orang yang mau percaya terhadap suatu ajaran.



Dogma dalam Buddhisme
Dalam Pali canon kita menemukan konsep yang sama dengan dogma serta cara menyikapinya. Istilah ditthi dan dittthivāda merupakan istilah yang sama dengan dogma. Ditthi atau drsti dari akar kata drs (melihat) PTS adalah pandangan, kepercayaan, dogma, teori, dan spekulasi. Dalam Brahmajāla sutta terdapat 62 ditthi. Buddha mengindentifikasi salah satu dogmatits yaitu anussavikā (revelationist).
Menurut pandangan Buddhisme akar dari semua dogma dalam Samyutta Nikāya adalah sakkāyaditthi (pandangan salah), sakkāyaditthi (salah satu dari 4 upādāna)  yang harus dihancurkan ketika mencapai tingkat sotāpanna. Jika tak ada sakkāya ditthi maka dogma-dogma tak akan ada. Menghilangkan dogma tentang diri bukan berarti dogma “tidak ada diri” diadakan, karena itu merupakan refleksi yang salah.

Kesimpulan
            Dogma merupakan suatu pendapat akan suatu kebenaran yang tidak dapat ditolak oleh apapun. Selain banyak terdapat segi negatif dari dogma ada juga segi positif dari dogma diantaranya adalah Sebagai Putusan Akhir dari Suatu Perdebatan karena dengan adanya dogma maka dapat dijadikan patokan mana yang dianggap benar dan mana yang menyimpang, untuk menjadi dasar bagi kehidupan bermoral karena dengan adanya dogma orang akan menjalankan ajaran tersebut Selain itu adanya  Kepastian, Kejelasan, Keyakinan yang kuat karena dogma merupakan sebuah kejelasan dan kepastian dari semua pertanyaan yang dilontarkan oleh orang-orang yang memperdebatkannya dan akan menjadi sebuah keyakinan apabila orang percaya terhadap dogma tersebut. Akan tetapi tidak semua dogma itu benar dan sikap kita adalah merenungkan dan mengalami apa yang terkandung dalam dogma tersebut apakah bermanfaat dan membawa kemajuan batin atau tidak dan ajaran aappun yang diterima oleh suatu komunitas cenderung menjadi sistem dogma tidak terkecuali oleh Buddhusme.

Referensi
Kalupahana, David J.1986.Filsafat Buddha Sebuah Analisis Historis.Jakarta Pusat:Erlangga.
Tim Penyusun.2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka.

Postingan populer dari blog ini

KLONING MENURUT PANDANGAN AGAMA BUDDHA

TEORI KAUSALITAS BUDDHIS

PERAN UTU NIYAMA DALAM TERJADINYA BENCANA ALAM