Abhidharrma-Kosa
A.
Latar belakang
Kitab-kitab
agama Buddha dipandang dari materi atau isinya dapat dikelompokan ke dalam
Vinaya, Sutta dan Abhidhamma dan kelompok turunan kitab suci yang terdiri dari
berbagai macam penjelasan atau komentar (attakatta) serta sastra yang mengacu
pada Kitab Suci Tripitaka dalam bentuk syair maupun prosa.
Ditinjau dari penulis kitab-kitab agama Buddha maka dapat
dikelompokan menjadi dua yaitu penulis kitab Pali dan penulis kitab Sansekerta.
Kitab Pali yang pertama kali dituliskan orang adalah kitab suci Tipitaka pada
abad pertama Sebelum Masehi di Ceylon. Sejak itu di Ceylon banyak ditulis
kitab-kitab agama Buddha dalam bahasa Pali yang mengacu pada Tipitaka. Salah
satu acarya besar bangsa India yang menulis kitab agama Buddha dalam bahasa
Pali adalah Bhikkhu Nagasena dan Bhikkhu Buddhaghosa. Sedangkan penulis kitab
Sansekerta antara lain Asvaghosa,
Nagarjuna, Buddhapalita, Bhavaviveka, Asanga, Vasubandhu, Dinnaga dan
Dharmakirti.
Vasubandhu di lahirkan pada abad ke-4 Masehi di
Purusapura1) di negeri Gandhara, dari keluarga Brahmana
Kausa-likagotra dan menpunyai dua saudara yaitu Asanga dan Virincivata yang
kemudian menjadi bhikkhu. Yang Mulia Vasubandhu merupakan penganut aliran
Vijnanavada juga dikenal sebagai guru dari aliran Vaibha-sika, bagian dari
Sarvativada. Aliran Vijnanavada menurut Prof Conze (Suwarto, 1995:486-487) adalah
aliran yang memandang bahwa Vijnana
(kesadaran) adalah nyata, sedangkan obyek dari kesadaran adalah tidak nyata.
Menurut Yogacara kejadian dari ilusi
menunjukan bahwa kesadaran dapat mempunyai ‘isi’, tanpa adanya suatu hubungan
obyek yang diluar pada kesadaran ‘itu’. Kemudian pada perkembangan berikutnya
aliran Yogacara dikenal dengan Vajrayana atau Tantra.
1) Purusapura
(Peshawar) adalah suatu tempat yang penting sebagai pusat agama Buddha semenjak
kejayaan Kanishka.
Selanjutnya, Yang Mulia Vasubandhu bersama saudara pertamanya
(Asanga) belajar Vibhasa-sastra di
Kasmir. Vibhasa-sastra adalah
komentar-komentar terdiri dari Vinaya, Sutra dan Abhidharma disusun pada
Sanghayana yang diselengarakan pada masa pemerintahna raja Kanishka. Komentar
yang menceritakan pandangan sarvastivada itu
bertahan selama beberapa abad di Kasmir dan Gandhara masih popular pada abad
ke-empat Masehi.
Vasubandhu
menulis beberapa karya antara lain; Abhidharrma-Kosa,
Paramartha-saptati, Tarka-sastra dan vada-vidhi. Abhidharrma-Kosa merupakan salah satu kitab komentar yang merupakan
karya terbesar dari Vasubandhu. Kemudian, Sebagai seorang guru ajaran Mahayana,
Yang Mulia Vasubandhu juga menulis komentar mengenai Saddharma-pundarika-sutra, Mahaparinirvana-sutra
dan Vajrac-chedika-prajna-paramita,
serta Vijnaptimatrata-siddhi yang terdiri
dari Vimsika dan Trimsika (Wahyono, 1992:159-160).
B.
Pembahasan
Dari beberapa komentar-komentar yang di hasilkan oleh Yang
Mulia Vasubandhu, kami dari kelompok V (lima) hanya membahas tentang kitab komentar Abhidharrma-Kosa. Abhidharrma-Kosa
disusun oleh Beliau Vasubandhu selama di sarvastivada. Menurut Wahyono, (1992:159) Abhidharrma-Kosa adalah karya terbesar
dari beliau Vasubandhu merupakan insiklopedi filsafat agama Buddha, serta kitab
aslinya mencerminkan pandangan Vaibhasika yang dominan di daerah Khasmir. Karya
besar ini terdiri dari 600 karika dan merupakan hal yang tak ternilai di Asia.
Yang Mulia Vasubandhu (Suwarto, 1995:213-214) mengajarkan bahwa seorang bodhisattva,
yang spiritualnya telah maju, dapat menunjukan semua keajaiban dari rddhi, sebagaimana dia telah peroleh 10 Vacitas (Kekuatan; Berkat Kebahagiaan).
Menurut Eliot (Tim Penyusun, 2003:105) bodhisattva
yaitu seseorang yang memiliki bodhi
atau kebijaksanaan sempurna sebagai esensinya. Esensi adalah pengetahuan suatu
makhluk bodhi (a bodhi being) yaitu
makhluk yang bercita-cita memperoleh penerangan sempurna. Oleh karena itu
apabila telah menjadi bodhisattva pasti memiliki 10 Vacitas (Kekuatan; Berkat Kebahagiaan) yang terdiri dari:
1.
Ayu-Vacita
Seorang bodhisattva mempunyai
berkat kebagahiaan melampaui panjangnya umur. Dia dapat memperpanjangnya sapai
suatu jumlah kalpa yang tak terhitung.
2.
Ceto
(Citta)-Vacita
Dia mempunyai berkat kebagahiaan melampaui pikiran sebagaiman
dia telah peroleh pengetahuan dari suatu jumlah yang tak terhitung mengenai
Samadhi.
3.
Pariskara-Vacita
Dia mempunyai penguasaan mengenai perlengkapan, sebagaimana
dia mengetahui semua pengaturan dan perhiasan dari semua dunia dan semesta.
4.
Karma-Vacita
Dia mempunyai berkah kebahagiaan melampaui tindakan.
Sebagaimana dia mengerti konsekuensi mengenai perbuatan pada waktu yang tepat.
5.
Upapatti-Vacita
Dia mempunyai berkat kebahagiaan melampui kelahiran.
Sebagaimana dia mengerti asal-usul dari semua dunia dan semesta.
6.
Adhimukti-Vacita
Dia mempunyai berkat kebahagiaan melampui kepercayaan atau
aspirasi. Sebagaimana dia melihat dengan baik semua Buddha dari seluruh dunia
dan semesta.
7.
Pranidhana-Vacita
Dia mempunyai berkat kebahagiaan melampui semua nalar,
Sebagaimana dia melihat dengan baik waktunya atau saatnya penerangan dalam
setiap bidang Buddha menurut
keinginannya.
8.
Rddhi-Vacitari
Dia ialah tuannya dari kekuatan kerja-gaib, sebagaimana dia
melihat dengan baik keajaiban dari semua medan Buddha.
9.
Dhamma-Vacita
Dia mempunyai berkat kebahagian melampaui Doktrin, sebagaimana
dia memegang sinar cahaya dari sumber Doktrin dalam permulaan, pertengahan, dan
terakhir.
10.
Jnana-Vacita
Dia mengerti semuanya atribut dari seorang Buddha, yakni
kekuatannya. Dasar kepercayaan pada diri sendiri, atribut ekslusif khususnya,
dan tanda-tanda kebesaran dan tanda minor pada tubuhnya. Karena itu dia adalah
Tuan atau Raja dari Pengetahuan.
Kemudian
dalam perkembanganya Yang Mulia Asanga dan Yang Mulia Vasubandhu (Suwarto,
1995:426-427) menghubungkan doktrin dari bhikkhu Dharmapala “Garis antara
bentuk sistematis dan tidak sistematis mengenai suatu ajaran tidaklah selalu
mudah untuk ditelusuri atau ditarik kesimpulan, begitu juga untuk menentukan
secara tepet sumbangan setiap acarya mengenai karya yang sistematis. sebuah
sekte Mahayana menyerupai sebuah vihara yang cemerlang, porsi yang berbeda dari
mana telah dibuat pada waktu yang berbeda oleh orang yang berbeda, walaupun
tiada seorang juga dapat mengatakan dengan pasti bahwa tiang ini adalah karya
dari arsitek ini dan kubah dari arsitek itu” dengan inti thesis dari Yogacara,
yakni Pikiran Absolut adalah realitas tunggal. Semua itu dihubungkan dengan;
a.
Eksitensi
mengenai hanya ide
b.
Gudang kesadaran
c.
Tiga-kaya (Tri-Kaya)
d.
3 Jenis mengenai
‘adanya pemilikan’
C.
Kesimpulan
Dari karya-karya Yang Mulia
Asanga dan Yang Mulia Vasubandhu, khusunya Abhidharrma-Kosa
dapat memberikan pengetahuan kepada kita yang begitu lengkap dan akurat
mengenai ajaran Buddha (Dhamma).
D.
Referensi
Winarto. 1995. Buddha Dharma Mahayana, Jakarta:Majelis Agama Buddha Indonesia.
Tim Penyusun. 2003. Kapita Selekta Agama Buddha. Jakarta:CV. Dewi Kayana Abadi.
Ming, Chau. 1994. Materi Pokok Mhayana II. Jakarta:Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Hindu dan Buddha dan Universitas Terbuka.
Wahyono, Mulyadi. 1992. Sejarah Perkembangan Agama Buddha I. Jakarta:Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Hindu dan Buddha dan Universitas Terbuka.
Widya, Dharma. 1993. Sejarah Perkembangan Agama Buddha II. Jakarta:Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Hindu dan Buddha dan Universitas Terbuka.
Tim Penyusun. 2003. Materi Kuliah Perkembangan Agama Buddha. Jakarta:CV. Dewi Kayana
Abadi.
____. 1985. Mahayana.
Jakarta:Akademi Buddhis Nalanda.